Industri minuman ringan, yang biasanya menjadi salah sektor yang tahan banting, kini menghadapi tekanan signifikan. Penyebab utamanya adalah melemahnya daya beli masyarakat akibat inflasi, kenaikan harga bahan baku, dan ketidakpastian ekonomi global.(26/6/2025)
Pelemahan daya beli masyarakat yang terjadi belakangan ini turut berdampak pada berbagai sektor, termasuk industri minuman ringan. Ketua Umum Industri Minuman Ringan Trijono Prijosoesilo mengatakan pada tahun 2023 sektor minuman ringan masih mampu mencatatkan pertumbuhan sekitar 3,1%. Namun, memasuki 2024, angka tersebut menurun tajam menjadi hanya 2,1%. Bahkan, hingga kuartal I tahun ini, pertumbuhan lebih lanjut melambat menjadi 0,4%. Penurunan dalam tiga tahun terakhir ini mencerminkan dampak nyata dari melemahnya daya beli masyarakat terhadap konsumsi.
Untuk merespons situasi tersebut, pelaku industri melakukan sejumlah langkah strategis. Di antaranya dengan menjaga keterjangkauan harga dan memastikan ketersediaan produk serta mendorong inovasi guna menghadirkan produk baru yang relevan dengan preferensi konsumen saat ini.
Strategi Bertahan di Tengah Tantangan
1. Efisiensi Produksi dan Supply Chain
Mengoptimalkan rantai pasok dan beralih ke bahan baku alternatif yang lebih murah bisa membantu menekan biaya.
2. Inovasi Produk
Meluncurkan varian dengan harga lebih terjangkau atau kemasan ekonomis bisa menarik minat konsumen.
3. Promosi dan Diskon Agresif
Program bundling, cashback, atau diskon khusus bisa mendorong pembelian impulsif.
4. Ekspansi Pasar Digital
Memperkuat penjualan melalui e-commerce dan platform digital untuk menjangkau lebih banyak konsumen.
Industri minuman ringan memang sedang diuji dengan melemahnya daya beli dan tantangan ekonomi. Namun, dengan strategi yang tepat—seperti efisiensi, inovasi, dan digitalisasi—pelaku usaha bisa tetap bertahan dan bahkan menemukan peluang baru di tengah tekanan pasar.
Apa pendapat Anda? Bagaimana menurut Anda industri minuman ringan bisa bangkit?